Kamis, 19 September 2019

Tidak Semua Hal Bisa Dijadikan Candaan, Apalagi Kematian

Kematian bukanlah sesuatu yang patut untuk dijadikan lelucon, tetapi masih banyak orang yang menjadikannya lelucon. Seperti misalnya, ketika salah satu temanmu izin tak masuk kerja karena salah satu anggota keluarga atau kerabatnya meninggal dunia, kemudian keesokan harinya ketika dia kembali masuk kerja kamu dengan santainya berkata "eh lu udah masuk lagi yak?! Bukannya kemaren lu meninggal? Gak jadi ya meninggalnya?" Siapapun tidak ada yang menginginkan musibah terjadi. Namun, jika memang musibah kematian itu melanda seseorang ataupun keluarga / kerabatnya, jangan sesekali menjadikannya bahan lawakan karena akan melukai perasaan mereka yang mengalaminya. Apalagi jika kerabatnya tersebut meninggal dengan jalan yang sangat memilukan, seperti kecelakaan ataupun kebakaran misalnya. "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no.6018; Muslim, no. 47). Imam Asy-Syafi'i menjelaskan, jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut). Bagi seorang mukmin, berfikir sebelum berkata dan bertindak adalah hal yang mesti dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian. Apa yang keluar dari lisan adalah cermin utuh keadaan hatinya. Dari sana bisa terbingkai pula kualitas akhlak yang dipunyai. Lisan dan seluruh anggota badan adalah karunia Allah yang patut disyukuri. Tentu saja dengan cara menggunakannya untuk hal yang bermanfaat. Bukan sebaliknya membuat Allah murka atau menjadi pemecah ukhuwah sesama muslim. Semoga Allah mengampuni segala kekhilafan dan kita dapat belajar menjadi muslim yang lebih baik dari hari ke hari. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar